translated to :

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Kamis, 02 Februari 2012

Sultan Mehmed II, Penakluk Bizantium

Mehmed II (30 Maret 1432 - 3 Mei 1481) terkenal dengan julukan Al-Fatih (sang Penakluk). Dia adalah penguasa Kesultanan Turki Usmaniah. Pada awalnya, sultan ini memangku kekuasaannya hanya dalam jangka waktu singkat, yakni dari tahun 1444 hingga 1446. Lima tahun kemudian, ia bertahta lagi (1451-1481). Dialah sultan Turki pertama yang mengklaim sebagai kalifah, pemimpin tertinggi umat Muslim se-dunia. Namanya tercatat dalam sejarah saat berhasil menumbangkan kekuasaan Kekaisaran Bizantium setelah menduduki Konstantinopel tahun 1453 -- melalui pertempuran yang amat terkenal, Perang Konstantinopel. Penaklukan Konstantinopel
Sehari sebelum memulai serangan, Mehmed menyerukan kepada segenap pasukannya bahwa mereka tengah menjalankan perang suci sebagaimana telah dilakukan para pendahulu. Melalui pidato yang berapi-api, sultan ini sanggup membangkitkan semangat dan moral pasukan Turki Ottoman. Awalnya, beberapa penasihat militernya tidak terlalu yakin akan keberhasilan serangan kali ini. Mereka antara lain, masih belum percaya akan kemampuan sultan muda tersebut dalam mengorganisasikan pasukan. Apalagi, Konstantinopel terkenal sulit ditaklukkan. Rintangan yang menghadang juga tak main-main. Kota itu dikelilingi tembok pertahanan kuat. Untuk mengisolasinya juga sulit, kecuali melalui jalur laut. Bulan April 1453, pasukan Turki memulai serangan. Meski terus menerus dibombardir (antara lain menggunakan kanon ukuran besar, panjang 28 kaki, kaliber 8 inci) namun warga kota Konstantinopel tetap bisa bertahan. Mereka sanggup memperbaiki kerusakan setiap malamnya. Lama kelamaan, warga Bizantium kelelahan. Tapi mereka terus bertahan. Hal ini kemudian memunculkan kembali legenda lama bahwa Konstantinopel tidak bakalan jatuh saat bulan purnama. Mereka lupa, bulan tak selamanya purnama. Pada malam hari tanggal 22 Mei, bulan berubah menjadi sabit dan ini membuat moral warga kota jatuh. Mehmed II sudah lama tahu mengenai legenda ini sehingga dia pun menunggu selama beberapa hari sebelum memulai serangan baru. Saat tiba waktunya, serangan pun dimulai. Mukjizat dari Allah muncul ketika perang berkecamuk. Secara tiba-tiba, gerbang kota terbuka akibat suatu kecelakaan. Inilah yang diharapkan pasukan Usmaniyah. Mereka tidak perlu menunggu waktu terlalu lama untuk masuk kota dan menaklukkan Konstantinopel tiga hari kemudian. Penaklukan Konstantinopel, menurut Mehmed II, amatlah penting bagi masa depan kesultanan Usmaniyah. Terbukti kemudian, selama berabad-abad, kesultanan Usmaniyah dapat mempertahankan pengaruh mereka di daratan Eropa Timur. Tak hanya Konstantinopel, beberapa wilayah penting lainnya juga dapat dikuasai seperti Anatolia dan kawasan Balkan. Invasi terhadap Konstantinopel serta keberhasilan kampanye melawan kerajaan-kerajaan kecil di Balkan dan wilayah Turki di Anatolia, menghadirkan kejayaan bagi Kesultanan Usmaniyah. Mehmed II terkenal sebagai penguasa yang rendah hati. Selama menduduki satu kawasan, utamanya di Konstantinopel, misalnya, dia menjalankan praktik yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat saat menaklukkan wilayah musuh. Sesuai ajaran Rasul, dia pun memperlakukan orang-orang taklukan dengan baik. Tidak ada perlakuan semena-mena. Di setiap kota yang diduduki, Mehmed II selalu berusaha mengembalikan fungsi bangunan yang rusak karena perang dan juga mendirikan rumah tempat tinggal layak huni. Untuk menjalankan roda kegiatan sehari-hari, Sultan menunjuk salah seorang tokoh masyarakat setempat sebagai walikota. Pengaruh kekuasaan walikota tersebut hanya terbatas pada warga beragama Kristen, tidak termasuk komunitas Genoa dan Venesia di daerah pinggiran serta pendatang Muslim maupun Yahudi. Metode Sultan ini dengan kata lain mengizinkan kuasa tak langsung kepada warga Bizantium Kristen dan sekaligus juga pengaruh lebih luas pada penguasa Usmaniyah. Hal tersebut berlaku sampai kemudian Sultan memperbarui sistem pemerintahan di kota itu, menggantinya menjadi ibukota Turki Usmaniyah hingga tahun 1920-an. Begitu pula ketika keberhasilan kampanyenya terhadap kawasan Otranto di sebelah selatan Italia, Mehmed II sempat pula mengumpulkan para humanis Italia dan ilmuwan Yunani guna berdiskusi. Hal lain yang dilakukannya adalah tetap memfungsikan Gereja Bizantium, menawarkan pada para sarjana menerjemahkan ajaran-ajaran Kristen ke dalam bahasa Turki dan meminta Gentile Bellini dari Venesia melukis dirinya. Sejarah pun mencatat, Mehmed II adalah sultan pertama yang mengkodifikasikan hukum kriminal dan konstitusi jauh sebelum Sultan Sulaiman. Di samping itu, dia pula yang mengembangkan citra klasik kesultanan Usmaniyah yang otokrasi (padishah). Setelah kejatuhan Konstantinopel, dia mendirikan sejumlah universitas dan perguruan tinggi, yang beberapa di antaranya masih berdiri sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar