translated to :

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Kamis, 02 Februari 2012

Al-Muqaddasi, 'Penggambar' Dunia

Gambaran detil mengenai sebuah negeri atau wilayah begitu penting bagi manusia saat peralatan komunikasi belum secanggih sekarang. Dan, Al-Muqaddasi, cendekiawan Muslim pada awal abad ini, menjadi tokoh yang banyak disebut dalam penyebaran informasi mengenai banyak negara ini. Dialah pionir dalam melukiskan dan memberikan gambaran secara mendetail mengenai tempat yang pernah ia kunjungi. Tak hanya terkait keadaan geografis. Ia juga menulis mengenai adat istiadat, aktivitas perdagangan, maupun mata uang yang berlaku di sebuah negara. Ahsan al-Taqasim fi Ma'rifat al-Aqalim (The Best Divisions for Knowledge of the Regions), merupakan kumpulan tulisannya. Dari hasil perjalanannya ke berbagai negara, karya tulis tersebut diterbitkan pada 985 M. Pada awal paruh abad kesembilan belas orientalis dari Jerman, Aloys Sprenger, membawa manuskrip dari karya Al-Muqaddasi. Rupanya, karya ini telah menyedot perhatian ilmuwan Barat. Mereka melontarkan pujian atasnya. Bahkan mereka pun menyatakan bahwa Ahsan al-Taqasim fi Ma'rifat al-Aqalim mencerminkan kepiawaian dan kecerdasan seorang ahli geografi. Dan kemampuan Muqaddasi itu, diklaim tak tertandingi sepanjang masa. Pandangannya masih terkait dengan aspek-aspek metode geografis pada masa sekarang. Misalnya, mengenai penggunaan peta. Ini terbukti sangat berguna dalam kehidupan modern sekarang. Al-Muqaddasi memang seorang ahli geografi yang mumpuni. Ia mencurahkan tenaga dan masa hidupnya untuk mengembangkan kemampuannya. Pria kelahiran Al-Quds, Jerussalem pada 946 ini, tak hanya mengandalkan kemampuan diri. Ia tak pernah mengabaikan kekuatan yang menguasai dirinya. Allah Swt. Untuk menjaga ketajaman ingatannya, ia selalu berinteraksi dengan Tuhannya. Tak heran jika mendapatkan gelar sebagai saintis yang sesungguhnya. Ia melancong ke berbagai wilayah untuk melakukan observasi, penelitian, pengumpulan data. Kemudian menuliskannya dalam sebuah karya. Pada sisi lain, muncul pandangan bahwa ia adalah agen pemerintahan Fatimiyah di Mesir memang tak dapat ditepiskan. Namun apapun alasanya, ia adalah orang yang memiliki kemampuan dan kecerdasan. Untuk melukiskan sebuah wilayah, ia membagi pekerjaanya menjadi dua bagian. Pertama melakukan pengamatan dan mendeskripsikan setiap tempat di wilayah ia amati. Biasanya, ia memfokuskan diri pada pusat kegiatan masyarakat di sebuah wilayah. Objek pengamatan yang tak luput adalah populasi, keberagaman etnik, kelompok sosial, mata pencaharian, sumber daya mineral, peninggalan arkeologi, maupun mata uang yang digunakan. Pendekatan ini, oleh banyak ilmuwan sangat berbeda dengan para pendahulunya. Karena pendekatan yang dilakukannya mencakup hal yang lebih luas. Ia tak hanya merangkum beragam letak geografis dalam alam pikirannya. Namun ia pun, berkeinginan menyuguhkan penjelasan mengenai dasar-dasar dan fungsi masyarakat Islam dari sebuah wilayah yang ia kunjungi. Misalnya, dalam mengatasi berbagai hambatan alam. Pada akhirnya, mendorong masyarakat melakukan inovasi. Ia menceritakan secara detil mengenai pengelolaan air dan teknologi hidrolik. Teknologi ini berguna bagi masyarakat Mesir kala itu, untuk mengelola air dan menjamin berjalannya sistem pertanian. Di Biyar, yang terdapat di wilayah Al-Daylam, Mesir, ia mencatat adanya kelangkaan air. Dan mencatat bahwa air tersebut didistribusikan dengan menggunakan water clock. Ini adalah satu-satunya cara untuk mengalirkan air. Ia pun mencatat di Ahwaz, sebuah tempat di Khuzistan, terdapat roda air yang disebut dengan na'ura, yang sangat berguna untuk mengalirkan air ke kanal. Masalah fiskal, keuangan, dan mata uang serta fluktuasi yang terjadi juga menjadi perhatian Al-Muqaddasi. Pada saat mengunjungi Maghrib, Baghdad, Irak ia menyatakan bahwa semua provinsi di daerah tersebut hingga yang berbatasan dengan Damaskus menggunakan dinar. Ada pula rub yang bernilai seperempat dinar. Dirham juga digunakan sebagai alat tukar menukar di sana. Setengah dirham dinamai dengan Qirat. Terdapat pula Khurnaba yang bernilai seperempat, seperdelapan, seperenambelas bagian.Pergantian dari satu mata uang ke mata uang lainnya juga menjadi perhatian lainnya. Ia bahkan mampu menggali berapa besarnya pendapatan di suatu wilayah yang ia kunjungi. Kala ia mengunjungi Provinsi Yaman, ia mencatat bahwa wilayah Hadramaut memiliki pendapatan sebesar seratus ribu dinar. Al-Yaman serta Al-Bayrayn masing-masing memiliki pendapatan enam ratus riby dinar dan lima ratus ribu dinar. Ia bahkan memberikan gambaran secara detail baik nama, luas wilayah dan perbandingan dengan wilayah lainnya. Dalam karyanya, ia pun menyuguhkan sejarah mengenai tempat yang ia kunjungi. Kondisi masyarakat Islam urban, evolusinya, keberagaman, dan kompleksitasnya merupakan daya tarik bagi Al-Muqaddasi untuk menuliskannya. Hal ini memberikan gambaran yang begitu nyata bagi para pembaca karyanya. Tak heran jika kemudian A Miquel, sejarawan dari Prancis, merangkum karya Muqaddasi tersebut. Menurutnya Al-Muqaddasi dapat membedakan antara kota kecil dan besar melalui keberadaan masjid besar dan mimbarnya. Terkait dengan hal ini, Miquel menyatakan bahwa Al-Muqaddasi mempelajari keadaan setiap kota yang ia lalui, misalnya keadaan masyarakat maupun jarak di antara kota tersebut, akeses keluar masuk, lokasinya berdasarkan topografi. Juga mengenai pasar, pasang surutnya, dan perdagangan di kota tersebut dengan kota lainnya. Berapa besar pendapatan dan bagaimana pula pendapatan tersebut didistrbusikan. Dengan pertimbangan hubungan antara topografi dan ekspansi urban atau masyarakat kota, ia mencatat bahwa di tempat seperti Arab Saudi, laut yang ada di sana menjadi daya tarik bagi kedatangan banyak orang ke sana. Membuka batas antara laut hingga menimbulkan perdagangan. Al-Muqaddasi mencatat pula, kata A Miquel, bahwa Nabi Muhammad pada masa sebelumnya telah membuka pasar yang menghubungkan antara Adan dan Mina. Al-Muqaddasi telah memberikan sumbangsih bagi dunia Islam. Kemampuannya, juga telah diakui oleh para ilmuwan dunia. Bahwa ia telah memantik perkembangan geografi di dunia barat. Selama 20 tahun ia habiskan waktunya untuk melancong dan menuliskannya dalam sebuah karya. Ia menghembuskan nafas terakhir di kota kelahirannya, beberapa tahun setelah Ahsan Al-Taqasim fi Ma'rifat Al-Qalim diterbitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar