translated to :

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Sabtu, 08 Desember 2012

alam yang terlupakan

hadirnya memang suatu anugerah
itulah hujan

turun basahi bumi, meneduhkan teriknya mentari
membuat gembur tanah tandus

meski begitu, awan dilangit lebih baik daripada hujan yang turun
karena hujan hanya datang sesuka hati
diharap datang belum tentu datang, apalagi tidak diharap

beda dengan awan
mau diharap atau tidak, dia akan selalu hadir warnai hari
entah dengan cerahnya ataupun dengan mendungnya

awan
andai boleh
aku ingin membentuk gumpalanmu menjadi senyum manisnya, indah bola matanya, dan semua tentangnya

aku dan tentang mu

Kau boleh melihatku
Tapi jangan kau lihat ketampananku
Karena kau tak kan lihat wajah Yusuf A.S dalam wajahku

Gelap yang Menerangi

walau gelap melihat terang
tapi mataku dapat melihat indah lintasan itu
tersusun dari jutaaan partikel warna
yang terbentuk dari jejak kilat malaikat


Jumat, 05 Oktober 2012

Rahasia dibalik "Meremehkan Orang Lain"

"Jangan pernah meremehkan kebaikan meskipun sedikit," kata guru-guru kita saat menasihati murid-muridnya.

Nasihat tersebut juga mengandung larangan untuk tidak meremehkan keburukan meskipun kecil.

Memang benar, awal dari segala kegagalan dan kerugian yaitu membudayanya sikap meremehkan. Maka, anda jangan heran tatkala melihat orang yang pintar dan cerdas, lebih sering mengalami kegagalan dan kerugian di dalam usaha dan jerih payahnya. Atau, orang yang memiliki kadar kecerdasan yang biasa-biasa saja, bahkan di bawah rata-rata, namun acap kali berhasil dan meraup kesuksesan yang gemilang disebabkan konsistensi dan ketekunannya dalam berusaha.

Tidak hanya itu, sikap meremehkan merupakan pangkal dari sifat sombong. Inilah yang membuat Iblis terlempar dari kasih sayang Tuhan untuk selama-lamanya.

Sikap meremehkan selalu timbul dari sikap yang terlalu percaya diri dan merasa pintar. Sehingga, hal tersebut berdampak pada munculnya kebiasaan menunda dan menunda.

Jika "kebiasaan menunda" berlangsung dalam tempo yang lama, maka yang akan dikhawatirkan kalau kebiasaan tersebut menjadi karakter dan kepribadian kita. Dan tentu hal tersebut sangat merugikan, baik bagi orang yang bersangkutan maupun orang-orang di sekelilingnya.

Permasalahan pun tidak terhenti pada dampak yang merugikan. Tetapi, bermuara pada penyesalan yang akan kita bawa sampai meninggal dunia kelak.

Penyesalan akan berdampak pada gangguan psikis yang tentu amat menyiksa batin dan menimbulkan sikap serba salah. Salah satu gambaran penyesalan yang bakal dibawa sampai hari kiamat kelak, tatkala kita tidak memanfaatkan anugerah kehidupan yang diberikan Tuhan kepada kita. Sehingga orang-orang yang tidak beriman, saat disiksa di Neraka mengatakan, "Seandainya saja aku dulu menjadi debu dan tidak pernah hidup."

Khalid bin Walid

 Inilah kisah Khalid Bin Walid, singa padang pasir yang oleh Rasulullah Muhammad SAW diberikan gelar pedang Allah yang terhunus.
Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka’bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju ke depan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, “Oh, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu“.

Khalid bin Walid bin Al-Mugiroh Al-Qurasy Al-Makhzumy Al-Makky, anak saudari ummul mukminin Maimunah binti Al-Harits radhiallahu ‘anhu. Beliau adalah seorang tokoh terkemuka umat Islam, seorang pahlawan dan salah seorang tokoh shahabat Rasulullah SAW.
Di medan peperangan, beliau tidak pernah kalah baik pada saat jahiliyah atau setelah masuk Islam. Beliau berkata tentang dirinya, “Sungguh dengan tanganku ini telah terpotong sembilan pedang pada saat peperangan Mu’tah sehingga tidak tertinggal di tanganku kecuali sebuah pedang yang berasal dari Yaman.”
Hal ini membuktikan tentang keberanian dan kekuatan besar yang telah dianugrahkan baginya oleh Allah pada dirinya. Dan beliau adalah komandan pasukan kaum muslimin pada perang yang masyhur yaitu perang Yamamah dan Yarmuk, dan beliau juga telah melintasi perbatasan  negeri Iraq menuju ke Syam dalam lima malam bersama para tentara yang mengikutinya.
Kepiawaian beliau dalam mempin perang juga bisa dilihat pada perang Mu’tah, pada tahun ke-8 H, tahun beliau memeluk Islam. Saat itu jumlah tentara kaum muslimin hanya sekitar 3.000 orang sementara bangsa Romawi memilki 200.000 orang.
Dalam perang mu’tah ini Nabi Muhammad SAW  memerintahkan agar pasukan dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, dan jika dia terbunuh maka kepeminpinan berpindah kepada Ja’far bin Abi Thalib, dan jika terbunuh maka kepeminpinan digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Semua pemimpin tersebut mati syahid pada peperangan ini, lalu bendera diambil alih oleh Tsabit bin Aqrom, dan dia berkata kepada kaum muslimin: Pilihlah seorang lelaki sebagai pemimpin kalian, maka mereka memilih Khalid bin Walid. Ketika Khalid bin Walid terpilih sebagai pemimpin, beliau langsung mengatur para pasukan, merubah strategi dengan menjadikan pasukan sayap kanan berpindah ke sayap kiri dan sebaliknya pasukan sayap kiri berpindah ke sebelah kanan, kemudian sebagian pasukan diposisikan agak mundur, setelah beberapa saat mereka datang seakan pasukan batuan  yang baru datang, hal ini untuk melemahkan semangat berperang musuh kemudian kesatuan tentara kaum muslimin terlihat menjadi besar atas pasukan kaum Romawi sehingga menyebabkan mereka mundur dan semangat mereka melemah.
Abu Zannad berkata, “Pada saat Khalid akan meninggal dunia dia menangis dan berkata, ‘Aku telah mengikuti perang ini dan perang ini bersama pasukan, dan tidak ada satu jengkalpun dari bagian tubuhku kecuali padanya terdapat bekas pukulan pedang atau lemparan panah atau tikaman tombak dan sekarang aku mati di atas ranjangku terjelembab sebagaimana matinya seekor unta. Janganlah mata ini terpejam seperti mata para pengecut. ‘“
Dari Sahl bin Abi Umamah bin Hanif dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang meminta kepada Allah mati syahid dengan sebenarnya maka Allah akan menyampaikannya kepada derajat orang-orang yang mati syahid sekalipun dirinya mati di atas ranjangnya.”
Lalu pada saat wafat, dia tidak meninggalkan kecuali kuda, senjata dan budaknya yang dijadikannya sebagai sedekah dijalan Allah, pada saat berita kematian tersebut sampai kepada Amirul Mu’minin, Umar bin Al-Kattab dia berkata, “Semoga Allah meberikan rahmatnya kepada Abu Sulaiman, sesungguhnya dia seperti apa yang kami perkirakan.”
Dan disebutkan  di dalam hadits riwayat Umar bin Al-Khattab tentang 
zakat bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun Khalid maka dia telah menyimpan baju besinya dan perlengkapan berperangnya di jalan Allah.”
Insan Mulia Sukses Berkah, akhirnya beliau wafat pada tahun 21 H. di Himsh pada usia 52 tahun.semoga cerita menginsiprasi kita semua.

Berikut ringkasan hidup Khalid bin Walid ....
Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Thaif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang di mata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya di dalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng di muka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Di bukit Uhud masih ada suatu tanah genting, di mana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam di pusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalid lah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya di atas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid di medan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemaua-Nya.

Senin, 04 Juni 2012

Air Laut dishir menjadi pembangkit listrik


TANJUNGPINANG --Air laut bakal menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan di Provinsi Kepulauan Riau, kata pakar marine saint Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, Eddiwan.
"Penyulingan air laut menjadi biodiesel yang merupakan bahan bakar energi alternatif telah berhasil kami uji tinggal lagi penyesuaian mesin kapal yang cocok untuk biodiesel tersebut," kata Eddiwan. 

Penyesuaian mesin kapal maksud dia apakah biodiesel tersebut cocok untuk mesin berbahan bakar premium atau solar.
Ia mengatakan, pemanfaatan tekologi biodiesel dari air laut itu merupakan program Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau (DKP Kepri) untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak.
"Teknologinya sederhana bahkan dapat dilakukan oleh nelayan yang tidak bersekolah sekalipun," ungkap Eddiwan yang memperoleh gelar magister dari Tokyo University.

Air laut yang akan disuling diendapkan dulu dalam bak penampungan dan kemudian disuling dengan alat penyulingan berukuran 0,1 mikron (plankton net). Air laut sulingan itu akan menghasilkan minyak sel yang berasal dari biota-biota yang hidup di laut.

Alumnus Boston University ini mengatakan, teknologi biodiesel dari air laut telah dipakai di Amerika namun untuk skala industri, sedangkan yang dibuatnya untuk skala kecil terutama untuk bahan bakar kapal nelayan dan listrik di rumah masyarakat yang bermukim di pulau-pulau.

Ia mengatakan pernah mempresentasikan teknologi air laut itu di Kementerian Kelautan dalam rapat teknis untuk pengembangan biodiesel di Indonesia, tetapi idenya itu ditolak dengan alasan mahal.
"Padahal kalau saja kementerian mau maka pemerintah tidak susah mengajak masyarakat hemat energi karena lingkungan laut ada untuk mendapatkan energi listrik dan teknologinya tidak mahal, masyarakat awam pun dapat membuatnya," ungkap Eddiwan yang juga Kepala Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan DKP Kepri.

Itu sebabnya, lanjut dia, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau berinisiatif mengembangkan teknologi listrik dengan memanfaatkan air laut ini. Pada 2012 biodisel tersebut baru dalam tahap penerapan lapangan dan pada 2013 didistribusikan ke masyarakat serta sosialisasi.
"Kelak tidak hanya pompong (kapal nelayan) yag berbahan bakar biodiesel air laut tapi juga kendaraan bermotor lainnya termasuk sebagai bahan bakar pesawat," katanya.
Menurut dia, semua perairan di Tanah Air bisa menghasilkan biodiesel asalkan saja perairan tersebut tidak tercemar.

Sabtu, 26 Mei 2012

Rahasia Unta

segala sesuatu yang diciptakan Allah pada hakikatnya adalah ayat, yakni tanda-tanda kekuasaan-Nya. Ayat juga memiliki arti peringatan atau pelajaran bagi manusia. dan dibawah ini adalah tanda-tanda kekuasaan-Nya...

''Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?''
(QS. Al-Ghashiyah, 88: 17-20)

kenapa yah Allah menyebut seekor binatang yang hendaknya kita pikirkan dan renungkan dengan seksama, yakni onta?

ketahuilah teman, bahwa unta memiliki struktur tubuh yang sangat kuat dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang paling ganas sekalipun. Unta mampu bertahan hidup berhari-hari tanpa makan dan minum. Mamalia ini dapat melakukan perjalanan jauh dengan beban ratusan kilogram di punggungnya selama berhari-hari.

Tahan lapar dan haus
Onta mampu bertahan hidup tanpa makan dan minum selama delapan hari pada temperatur 50°C. Dalam masa ini, ia akan kehilangan 22 persen dari keseluruhan berat tubuhnya. Manusia bisa mati jika ia kehilangan air dalam tubuhnya sebanyak 12 persen dari berat badannya, akan tetapi seekor onta kurus mampu tetap hidup kendatipun cairan tubuh sejumlah 40 persen dari berat tubuhnya telah hilang.

Salah satu alasan mengapa unta mampu menahan rasa haus selama berhari-hari adalah sebuah mekanisme yang memungkinkannya untuk menaikkan suhu internal tubuhnya hingga 41°C. Dengan cara ini, hewan tersebut dapat menekan berkurangnya jumlah air hingga batas minimum pada temperatur paling panas pada siang hari di gurun. unta juga mampu menurunkan suhu internal tubuhnya hingga 30°C di gurun dengan temperatur sejuk di malam hari.

Pengguna air yang efisien

Dalam waktu sekitar 10 menit, onta mampu meminum air hingga 130 liter, jumlah yang kurang lebih setara dengan sepertiga berat tubuhnya. Di samping itu, onta memiliki struktur berlendir dalam hidungnya dengan ukuran 100 kali lebih besar dari yang ada pada manusia. Hal ini memungkinkan onta mendapatkan 66 persen uap air yang terkandung dalam udara.

Tidak ada yang mubazir
Sebagian besar binatang akan mati keracunan ketika urea yang terakumulasi dalam ginjal mereka berdifusi ke dalam darah. Akan tetapi onta mampu memaksimalkan penggunaan air dan zat-zat makanan dengan cara mengalirkan urea berulang-ulang ke liver. Struktur darah dan sel onta sangatlah unik dan khas sehingga binatang ini mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama tanpa air di padang pasir.

Dinding sel pada unta memiliki struktur khusus yang mampu mencegah hilangnya air secara berlebihan. Tambahan lagi, adanya komposisi tertentu pada darah onta mencegah terjadinya pengurangan laju sirkulasi darah pada saat kadar air dalam tubuh onta menurun hingga batas minimum. Terdapat pula enzim albumin yang membantu daya tahan onta terhadap rasa haus. Enzim ini terdapat dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pada makhluk hidup yang lain.

Keberadaan ponok (=punggung yang menonjol vertikal ke atas) merupakan keuntungan tersendiri bagi onta. Seperlima berat tubuh onta adalah lemak yang tersimpan pada ponok tersebut. Karena tubuh mampu mengubah lemak menjadi senyawa bermanfaat lainnya termasuk air, maka penyimpanan lemak hanya pada satu tempat ini mencegah pengeluaran air dari keseluruhan tubuh onta. Hal ini memungkinkan onta menggunakan sesedikit mungkin air.

Kendatipun onta berponok mampu menghabiskan 30-50 kg makanan dalam satu hari, dalam situasi yang sulit binatang ini mampu hidup selama satu bulan dengan hanya mengkonsumsi makanan 2 kg rumput per hari. Onta memiliki bibir yang sangat kuat dan mirip karet yang menjadikannya mampu memakan duri yang cukup tajam untuk merobek kulit yang tebal sekalipun. Di samping itu, onta memiliki perut dengan empat bilik, serta sistem pencernaan yang sangat kuat yang mampu mencerna apa saja yang dimakan onta. Ciri-ciri ini sangat sesuai bagi binatang yang hidup di iklim sangat kering.

Perlindungan terhadap tornado dan badai
Mata unta memiliki bulu mata yang tersusun menjadi dua lapisan. Lapisan bulu mata ini membentuk sebuah perangkap yang mampu melindungi mata onta dari badai pasir yang ganas. Di samping itu, onta dapat menutup hidungnya sehingga mencegah masuknya pasir ke dalam hidung.

Perlindungan terhadap panas dan dingin

Rambut tebal yang menutupi tubuh onta mampu melindungi kulit onta dari terpaan sinar matahari yang panas membakar. Sebaliknya, pada cuaca yang amat dingin rambut ini mampu menjaga tubuh onta agar tetap hangat. Onta padang pasir tidak begitu terpengaruh oleh temperatur yang mencapai 50°C.
Sebaliknya, onta Bactrian yang berponok ganda mampu bertahan hidup pada suhu -50°C. Onta jenis ini dapat hidup di ketinggian 4000 meter di atas permukaan laut.

Tapak kaki yang tahan panas
Telapak kaki unta memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan ukuran dan panjang kakinya. Kaki ini dirancang secara khusus dan sengaja diciptakan dengan ukuran besar untuk membantu berjalan di atas padang pasir dengan mudah tanpa terperosok. Telapak kaki ini memiliki bentuk melebar dan menggembung. Selain itu, kulit yang tebal pada telapak tersebut merupakan bentuk perlindungan terhadap pasir gurun yang panas membakar.

Sekelumit uraian tentang unta di atas sudah sepatutnya mendorong kita untuk merenung sejenak: apakah onta melakukan adaptasi terhadap tubuhnya sendiri terhadap iklim padang pasir? Apakah binatang tersebut membuat sendiri lapisan lendir pada hidungnya, atau ponok yang menjulang di atas punggungnya? Apakah onta merancang sendiri bentuk hidung dan struktur matanya agar mampu melindungi dirinya dari tornado dan badai padang pasir? Benarkah hewan mamalia ini mendisain sendiri struktur darah dan sel-selnya berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan air? Onta sendirikah yang memilih jenis rambut untuk menutupi seluruh tubuhnya?

Sebagaimana makhluk hidup yang lain, sudah pasti bahwa onta tidak mampu melakukan satu pun dari segalah hal di atas atau sengaja menjadikan dirinya bermanfaat untuk manusia. Bisa dimengerti jika ayat Alqur'an: " Maka apakah mereka tidak memperhatikan onta bagaimana dia diciptakan? " menyuruh kita untuk memperhatikan penciptaan binatang yang menakjubkan ini. Sebagaimana makhluk hidup yang lain, onta pun telah dilengkapi Allah dengan berbagai ciri yang unik dan istimewa, dan di tempatkan di bumi ini sebagai ayat, tanda-tanda kebesaran Pencipta.

Bagi unta, ia telah diciptakan dengan penampakan fisik yang luar biasa untuk kepentingan manusia.
Sedangkan bagi manusia sendiri, selain mendapatkan manfaat dari onta, mereka diperintahkan oleh Allah untuk memperhatikan dan memikirkan segala keajaiban ciptaan yang ada di alam semesta, termasuk onta. Sehingga manusia akan takjub, tunduk dan patuh pada Al-Khaaliq, Pencipta segala sesuatu, Dialah Allah.

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keEsaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. Luqmaan, 31: 20)

Jumat, 03 Februari 2012

Saad bin Abi Waqqas: Panglima Perang Umat Islam

Penolakan kaisar Persia membuat air mata Saad bercucuran. Berat baginya melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim dan non Muslim. Kepahlawanan Saad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam. Bersama tiga ribu pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah.

Al-Farabi (870 M-950 M)

Dunia mendaulatnya sebagai 'guru kedua' setelah Aristoteles. Julukan itu disematkan kepada Abu Nasir al-Farabi, karena kiprah, jasa dan dedikasinya sebagai seorang filsuf dan ilmuwan terbaik di zamannya. Filsuf Islam yang dikenal di dunia barat dengan nama Alpharabius itu adalah sosok ilmuwan yang serba bisa. Al-Farabi yang terlahir di Farab, Kazakhstan pada 870 M, menghabiskan sebagian besar usianya di tanah kelahirannya. Ia kemudian memutuskan untuk hijrah ke Baghdad, Negeri 1001 malam. Di kota ini ilmuwan yang juga kerap disebut dengan nama Abunasir itu menimba ilmu selama 20 tahun. Pada kekahlifahan Al-Muktafi (902-908M) dan awal kekhalifahan Al-Muqtadir (908-932M) Al-farabi dan Ibn Hailan meninggalkan Baghdad menuju Harran. Dari Baghdad Al-Farabi hijrah ke Konstantinopel dan tinggal di sana selama delapan tahun serta mempelajari seluruh silabus filsafat. Al-Farabi merupakan komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik.
Kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan, seperti matematika, filosofi dan pengobatan telah diakui dunia. Tak cuma itu, pada sosok Al-Farabi juga mengalir darah seni. Dia menguasai seluk beluk musik Islam. Tak hanya memainkannya, namun juga telah menciptakan berbagai alat musik. Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu Islam dan musik di Bukhara. Al-Farabi juga melahirkan sebuah buku penting dalam bidang musik, yakni Kitab al-Musiqa. Dia merupakan filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Di antara sederet karya dan buah pikirnya, Al-Madinah Al-Fadilah (Kota atau Negara Utama) adalah yang paling terkenal. Lewat karyanya itu, Al-Farabi mengupas mengenai pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah islam. Heri Ruslan Ibnu Sina, (980-1037)
Dunia Barat mengenalnya sebagai Avicenna. Umat Islam menyebutnya dengan panggilan Ibnu Sina namun nama lengkapnya adalah Abu 'Ali al-Husayn bin 'Abdullah bin Sina. Ibnu Sina adalah seorang filsuf, ilmuwan sekaligus dokter. Bahkan, dunia menjulukinya sebagai 'Bapak Pengobatan Modern'. Ibnu Sina lahir pada 980 M di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan. Kontribusinya bagi dunia ilmu pengetahuan sungguh tak ternilai. Betapa tidak, buah pikir dan karyanya dituangkan dalam 450 buku, sebagaian besar mengupas filsafat dan kedokteran. Tak heran, jika George Sarton menyebut Ibnu Sina sebagai ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu. Hasil pemikiran yang paling termasyhur dari Ibnu Sina adalah The Canon of Medicine atau Al-Qanun fi At Tibb. Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, namun pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan daya ingat yang luar biasa. Berkah itulah yang kemudian membuatnya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun. Ibnu Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru. Kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya. Pada usia lima tahun dia sudah mampu menghafal Alquran. Dia belajar dari mana saja bahkan dari seorang pedagang sayur sekalipun. Konon, dia mempelajari aritmatika dari seorang pedagang sayur. Ibnu Sina juga mempelajari ilmu kedokteran dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda. Kedokteran sudah dipelajarinya sejak usia 16 tahun. Tak hanya belajar teori, tetapi Ibnu Sina juga belajar banyak lewat melayani orang sakit, melalui perhitungannya sendiri hingga akhiranya menemukan metode - metode baru dari perawatan. Selain menguasai ilmu kedokteran, pada usia 18 tahun Ibnu Sina sudah mengantongi predikat sebagai seorang fisikawan. Penulis : Heri Ruslan

Sumayyah binti Khayyath: Syahidah Islam yang Pertama

Saat derita mencapai puncaknya, tak ada kata lain yang keluar dari mulut mereka selain ''Ahad....Ahad...''
Mungkin tak banyak orang yang tahu sosok Muslimah yang satu ini, Sumayyah binti Khayyath. Dialah syahidah pertama umat Islam yang menumpahkan darahnya demi mempertahankan keimanannya. Bersama suami dan puteranya, ia menjadi teladan yang istimewa. Sumayyah binti Khayyath adalah seorang hamba sahaya milik Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah. Oleh sang majikan, ia dinikahkan dengan seorang pria asal Yaman yang bernama Yasir bin 'Amir yang merupakan pendatang di kota Mekkah. Karena banyak mendapat halangan, Yasir meminta perlindungan kepada Abu Hudzaifah yang merupakan kepala suku Bani Makhzum. Dari pernikahannya dengan Yasir bin 'Amir, Sumayyah dikaruniai putera yang diberi nama 'Ammar bin Yasir. Dari sang putera inilah, pasangan Yasir dan Sumayyah bersentuhan dengan Islam. Suatu hari, 'Ammar yang beranjak dewasa mendengar kabar soal kedatangan nabi baru yang membawa ajaran Tuhan. Ia pun segera mencari kebenaran soal hal itu. Begitu bersentuhan dengan Islam, 'Ammar pun jatuh hati dan langsung mengucapkan ikrar syahadatnya. Mendapat kabar gembira, 'Ammar segera mengabarkannya kepada ayah bundanya. Berbeda dengan kebanyakan orang Quraisy yang antipati bahkan memusuhi Islam, Yasir dan Sumayyah justru menyambut gembira kabar gembira ini. Bahkan mereka kemudian mengikuti jejak 'Ammar untuk bersyahadat dan menjadi Muslim dan Muslimah. Keislamanan yang awalnya ditutup-tutupi akhirnya tercium juga. Fakta bahwa anggota keluarga ini masuk Islam menyulut kemarahan Abu Hudzaifah. Ia memaksa agar keluarga ini meninggalkan Islam dan kembali kepada agama nenek moyang mereka yang menyembah latta dan uzza. Namun ketiganya bersikukuh mempertahakan keyakinan mereka. Seperti para sahabat yang masuk Islam golongan paling pertama, Yasir, Sumayyah, dan 'Ammar mendapat banyak sekali rintangan dan cobaan. Hal ini diperparah lagi dengan status keluarga mereka yang bukan kalangan bangsawan Quraisy. Akibatnya perlakuan yang mereka terima sangatlah kejam dan melewati batas kemanusiaan. Orang terkejam yang menyiksa mereka adalah orang-orang yang selama ini melindungi yaitu dari kalangan Bani Makhzum yang dipimpin Abu Hudzaifah. Setiap harinya, ketiga orang ini digelandang ke padang pasir yang sangat panas untuk disiksa. Sumayyah yang seorang wanita dilempar ke pasir, lalu tubuhnya ditimbun pasir yang sangat panas. Seakan belum puas, dada Sumayyah lalu ditindih dengan batu besar agar ia tidak bisa bernafas. Lalu mereka memaksanya untuk mengimani berhala-berhala. Namun wanita shalihah ini tetap bertahan dengan keyakinannya karena ingat janji Allah SWT bagi hamba-Nya yang bertaqwa, yaitu syurga. Yasir, Sumayyah, dan 'Ammar terus mendapatkan siksaan yang sedemikian keji. Mereka didera, dicambuk, disalib di padang gurun yang terik, ditindih dengan batu panas, dibakar dengan besi panas, bahkan sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas kulitnya yang penuh dengan luka. Hingga suatu masa, ketika 'Ammar sudah mencapai puncak rasa sakitnya, ia tidak bisa lagi menahan semua siksaan. Ia lantas berkata pada Rasulullah SAW mengenai kondisinya. Rasul yang setiap hari datang menghampiri mereka untuk memberikan dukungan lantas berseru, ''Sabarlah, wahai keluarga Yasir. Tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah syurga.'' Sedemikian berat siksaan yang diterima sehingga ada kalanya mereka tidak lagi menyadari keadaan mereka yang sedemikian parah. Namun ketiganya tetap bertahan dengan keislamannya. Di kala sadar, tidak ada satupun kalimat yang terlontar dari mulut ketiganya kecuali kalimat ''Ahad..Ahad..'' seperti yang dilontarkan Bilal bin Rabah. Hal ini tentunya semakin menyulut amarah orang Quraisy yang gagal membalikkan keimanan mereka. Hingga suatu masa, orang Quraisy merasa putus asa dengan kegigihan iman ketiganya, mereka memutuskan menghabisi nyawa sang Muslimah. Adalah Abu Jahal yang menjadi algojo. Dengan tombaknya yang runcing, dialah yang mengeksekusi Sumayyah. Nasib sang mujahidah berakhir ketika tombak Abu Jahal bersarang di dadanya. Menjelang wafatnya, tak sedetik pun Sumayyah menggadaikan keimanannya. Dengan segala yang dimilikinya, ia mempertahankan keyakinannya. Sumayyah binti Khayyath menjadi bukti ketabahan hati, kekuatan iman, dan ketangguhan jiwa. Ia rela mengorbankan segalanya, termasuk jiwa dan raganya demi iman Islamnya. Sumayyah binti Khayyath adalah syahidah pertama Islam. Ia syahid dengan meninggalkan teladan yang luar biasa. Tak heran ia menjadi sosok yang sangat mulia dengan keberaniannya. ''Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman" sedang mereka tidak diuji lagi?'' (QS Al Ankabut, 29;2). Penulis : uli/berbagai sumber

Arsitektur Islam dai Masa ke Massa

Masa Abbasiyah dan Seljuk
Perkembangan arsitektur Islam pada masa Abbasiyah dan Seljuk bermula sekitar abad ke-11. Pada era itu, perkembangan arsitektur Islam yang begitu besar terlihat pada penggunaan teknik bahan batu bata dari seni arsitektur Persia yang diterapkan pada bentuk lengkung iwan. Selain itu, perkembangannya juga tampak pada cara pengembangan bangunan lain yang menjadi bangunan fasilitas seperti istana dan bangunan untuk kepentingan sosial. Salah satu contoh arsitektur masjid yang dibangun pada era itu adalah Masjid Jami di Isfahan. Pola perencanaannya terdiri dari penampilan pemakaian lengkung-lengkung iwan sebagai bentuk keseluruhan. Kelengkapan bangunan yang sangat menonjol adalah menara. Menara dalam gaya Seljuk menampilkan beberapa corak yang berlainan. Bangunan lain yang menunjukkan perkembangan arsitektur Islam pada masa itu adalah Istana Baghdad. Keunikan dan kekhususan dari arsitektur bangunan istana itu tampak pada penerapan hiasan muqamas atau stalaktit seperti yang diterapkan pada bangunan-bangunan kuburan. Susunan hiasan stalaktit ini digabungkan menjadi lengkung stalaktit yang lebih besar. Arsitektur Islam di Spanyol
Perkembangan arsitektur Islam pada masa ini dapat dilihat terutama pada arsitektur Masjid Cordoba dan Istana Granada. Masjid yang didirikan oleh Abdurrahman ad-Dakhil pada tahun 786 M ini mempunyai pola dasar bentuk masjid Arab asli dengan gaya Masjid Umayyah. Pada masa selanjutnya masjid ini telah mengalami penyempurnaan selama tiga kali berturut yakni pada tahun 822, 976, dan 990. Di antara penyempurnaannya adalah penambahan tiang-tiang sebagai cara untuk memperluas masjid. Mula-mula ditambah dengan lima deret, kemudian 17 deret memanjang dan delapan tiang ke samping. Penonjolan lain adalah terdapatnya marmer monolit sebagai kubah penutup mihrab, yang dihiasi dengan ukiran bermotif renda yang dikerawang pada batu. Kekhususan lain adalah terdapatnya tiang-tiang rangkap yang menopang lengkung-lengkung bercorak ladam kuda. Istana yang didirikan di Granada terkenal dengan julukan Istana Singa, atau yang lebih terkenal dengan Alhambra. Penampilan istana ini dimulai dengan pintu gerbang yang megah, disusul pelataran yang dilengkapi dengan berbagai elemen se-perti kolam yang memakai air mancur yang didukung oleh patung-patung singa; pintu gerbang itu terkenal dengan gerbang singa. Dua belas patung singa dari marmer mendukung air mancur tadi, mencangkung berkeli1ing dan mengeluarkan air dari mulutnya. Air mancur dengan 12 singa tersebut merupakan pelataran sebagai titik orientasi terhadap ruang-ruang fasi1itas, seperti ruang harem yang dilengkapi dengan kamar-kamar pribadi. Istana Alhambra dibangun pada sekitar abad ke- 13. Era Utsmaniyah
Pada masa ini, bangunan-bangunan yang berdiri umumnya menampilkan corak yang sedikit berbeda dari arsitektur sebelumnya. Umat Islam pada zaman Usmani menampilkan tiga bentuk masjid, yakni tipe masjid lapangan, masjid madrasah, dan masjid kubah. Hal yang baru dalam rangka perkembangan arsitektur Islam gaya Usmaniyah ini ialah munculnya perencanaan bangunan oleh seorang arsitek yang pernah belajar di Yunani, yaitu Sinan, yang telah menghasilkan karya-karya dalam berbagai bentuk bangunan. Masjid Sultan Sulaiman di Istanbul adalah buah karya arsitektur Islam pada era Utsmani. Masjid itu menampilkan pertautan yang simbolis antara kemegahan masjid sebagai lambang sultan yang besar kekuasaannya dan keagungan masjid sebagai sarana keagamaan. Perpaduan itu ditampilkan lewat menara yang langsing dan tinggi seolah-olah muncul dari lengkung- lengkung kubah dan melesat lepas ke ketinggian. Arsitektur Islam di India
Arsitektur masjid India pada umumnya mengambil corak masjid lapangan, kemudian memakai lengkung-lengkung iwan, bahan-bahan yang digunakan terdiri dari batu. Hal ini sudah lama digunakan dalam membuat candi. Di Masjid Kutubuddin, misalnya, terdapat corak atap kubah dalam jumlah banyak dan mengatapi hampir semua ruangan, dan gapuranya mirip dengan bangunan candi ala India. Corak menaranya berbentuk bulat seperti pilar yang runcing pada puncaknya serta mencuat tinggi ke atas. Bentuk itu tampil pada bentuk menara yang bernama Qutub Minar yang tingginya 73 meter.

Menara ini terdiri dari lima tingkat, tiga tingkat pertama merupakan ruangan yang dibiasi dengan batu cadas merah, dan bangunan menara berdiri sendiri terlepas dari bangunan masjid. Karya arsitektur Islam India yang termasyhur adalahTaj Mahal di Agra.

Bangunan ini berdiri di ujung taman yang luas dengan air mancur, yang dibatasi dengan pintu gerbang berbentuk lengkung iwan, diatapi dengan kubab-kubah berbentuk bunga masif, tembok-temboknya dihiasi dengan relung-relung berupa takikan pada tembok. Karya arsitektur lainnya adalah istana. India menampilkan istana yang merupakan gabungan antara gaya Persia dan gaya India. Arsitektur Islam Nasibmu kini

Perkembangan arsitektur Islam di era keemasan yang begitu pesat telah memberi berpengaruh terhadap arsitektur Barat. Professors Jonathan Bloom dan Sheila Blair dari Boston College dalam bukunya The Art and Architecture Islam, mengatakan, ide seni dan arsitektur tradisional Islam yang berkembang pada abad ke-7 yang mencakup arsitektur dan seni di daratan Atlantik hingga ke lautan Hindia telah memberi pengaruh kepada Barat. Hingga abad ke-19 dan 20, menurut Blair dan Bloom, seni dan arsitektur Islam masih tetap berpengaruh bagi negara-negara di Eropa dan Amerika. Lalu bagaimana dengan masa depan arsitektur Islam? Saat ini dunia Islam terutama di Timur Tengah tengah mengalami transformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Arsitek kondang Garry Martin pernah memberikan peringatan akan terancamnya budaya dan tradisi Islam. `'Kekayaan minyak yang melimpah serta perubahan sosial dan politik telah mengancam tradisi dan kebudayaan Islam. Krisis idenntitas itu telah tampak pada desain arsitekturalnya,'' papar Martin. Kini, papar dia, pembangunan besar-besaran yang terjadi di Timur Tengah tak lagi menerapkan arsitektur Islam yang agung, luhur dan mengagumkan. Kebanyakan gedung di Timur Tengah telah meniru model-model arsitektur Barat. Akibatnya, papar Martin, kini umat Islam di Timur Tengah tengan menciptakan lingkungan asing di dalam komunitas Islam. Tak pelak, serbuan budaya asing yang kini banyak mempengaruhi arsitektur di Timur Tengah itu mulai membuat arsitek Muslim bereaksi dengan mempertegas kembali warisan bangunan peninggalan berarsitektur Islam. Lalu apakah ini sebuah pertanda melunturnya arsitektur Islam? Martin mengungkapkan, `'Dunia arsitektur Islam telah melalui sejarah dengan mengadaptasi dan merespons berbagai budaya dan bangunan-bangunan tradisi yang ada tanpa adanya pelemahan esensi spiritual yang menjadi sumber inspirasi.'' Jadi bila kini terjadi krisis identitas dalam bidang arsitektur Islam kemungkinan besar terjadi karena esensi spiritual telah melamah dan tak lagi menjadi sumber inspirasi. Padahal, papar Martin, arsitektur Islam pernah begitu dalam memahami harmoni dengan manusia, lingkungannya, dan Sang Pencipta. Sayangnya, imbuh Martin, pada abad ke-20, konsep Islami itu dilupakan dalam pembangunan industri yang begitu cepat. Untuk menyelamatkan keberlanjutan arsitektur Islam, Martin menyarakankan agar, umat Islam harus benar-benar mengabaikan arsitektur Barat yang tak menggunakan semangat Islam dan merusak kebudayaan tradisional. Selain itu, umat Islam perlu memahami esensi arsitektur Islam dan memasukan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekpresikan esensi ini. Akankah arsitektur Islam bisa tetap bertahan?


Dari Ka'bah, Alhambra, Hingga Taj Mahal
Sejarah arsitektur Islam berawal ketika Nabi Muhammad Saw beserta para sahabatnya membangun masjid pertama di Quba, Madinah pada 1 H/622 M. Dengan denah segi empat dan dinding yang menjadi pembatas sekelilingnya, masjid pertama itu terbilang amat sederhana dan bersahaja, belum megah dan indah seperti saat ini. Di sepanjang bagian dalam dinding masjid pertama yang dibangun Rasulullah Saw tersebut dibuat bagian depan yang disebut mihrab dan serambi yang langsung bersambung dengan lapangan terbuka sebagai bagian tengah dari masjid segi empat tersebut. Bagian pintu masuknya diberi gapura. Bahan yang digunakan sangat sederhana, seperti batu alam atau batu gunung, pohon, dan daun-daun kurma. Meski arsitekturnya amat sederhana, bangunan masjid pertama itu menjadi prototipe dari arsitektur masjid pada masa kemudian. Namun, ada pula yang menyatakan bangunan suci Ka'bah yang kini berada di Makkah sebagai cikal bakal arsitektur Islam. Rekonstruksi bangunan Ka'bah mulai dilakukan Rasulullah Saw dan para sahabat, dua tahun setelah umat Muslim berhasil menaklukan Makkah dari suku Quraish pada 630 M. Adalah tukang kayu dari Abyssina dengan gayanya sendiri yang merekonstruksi Ka'bah. Bangunan suci inilah yang kemudian menjadi cikal bakal arsitektur Islam. Dalam perkembangannya, arsitektur Islam berkembang begitu luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur Islam terus mengalami perkembangan dari bentuknya yang amat sederhana pada abad ke-6 M sampai ke tingkat kesempurnaan yang mengagumkan pada abad ke-8 M dan seterusnya. Arsitektur ternyata telah ikut serta membentuk peradaban Islam yang kaya. Di antara beragam karya arsitektur, masjid kuburan, istana dan benteng adalah yang paling amat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam. Malah, keempat karya arsitektur Islam itu memiliki pengaruh yang begitu luas terhadap bangunan-bangunan yang lainnya. Gaya arsitektur Islam mulai begitu menonjol dengan desain dan bentuknya yang baru setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Hasil perpaduan kebudayaan Muslim dengan gaya arsitektur negara lain dapat terlihat pada `'Dome of The Rock'' yang selesai dibangun pada tahun 691 M di Yerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan, terdapat pada ruang tengah yang luas dan terbuka. Selain itu, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang. Selain itu, akulturasi itu juga terjadi pada Masjid Raya Samarra di Irak yang selesai dibangun pada tahun 847. Bangunan masjid ini memiliki ciri khas yang ditandai dengan keberadaan minaret. Perpaduan juga tampak pada Masjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki yang turut mempengaruhi corak arsitektur Islam. Ernst J Grube dalam tulisannya berjudul What Is Islamic Architecture mengungkapkan, bentuk dominan dari arsitektur Islam sebenarnya terletak pada arsitekturnya yang tersembunyi. Artinya, arsitektur Islam baru bisa terlihat setelah memasukinya dan melihat bentuknya dari dalam. Berkembangnya arsitektur Islam tersebut didukung sejumlah faktor, seperti semakin tingginya teknologi bangunan. Selain itu, faktor sosial politik dan kenegaraan, misalnya peperangan, juga telah membuat arsitektur Islam berkembang semakin pesat. Peperangan telah memicu berkembangnya benteng-benteng dan tembok pertahanan. Faktor lainnya yang ikut mendukung berkembangnya arsitektur Islam adalah berubahnya tingkat ekonomi masyarakat Muslim.

Puteri-Puteri Rasulullah: Zainab, Ruqayah

Zainab dan Kado Kalung Onyx dari Zafar Agama telah memisahkan Zainab dengan Abil 'Ash bin Rabi'. Agama pula yang kemudian menyatukan keduanya.

Ibu mana yang tidak berbahagia melihat anaknya memasuki gerbang pernikahan. Istri Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid, juga merasakannya. Di hari pernikahan Zainab, putri pertamanya,

Puteri-puteri Rasulullah SAW: Ummi Khultsum, Fatimah Az Zahra RA

Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi Utsman bin Affan, sama seperti saat ia ditinggal berpulang Ruqayah.

Khadijah mempunyai enam anak dari pernikahannya dengan Muhammad SAW. Anak pertama, Qasim ibn Muhammad, meninggal saat usianya menginjak dua tahun. Anak keduanya, Abdullah, juga meninggal saat masih kecil.

Ibnu Katsir: Pendapatnya Dirujuk Para Penguasa

Pengaruhnya sangat besar dalam bidang keagamaan. Karyanya, Tafsir Alquran Al-Karim sebanyak 10 jilid masih menjadi bahan rujukan hingga saat ini. Ulama bernama lengkap Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir ini terkenal dalam bidang ilmu tafsir, hadis, sejarah serta fikih. Buah pemikirannya yang tertuang dalam buku maupun kitab menjadi rujukan para cendekiawan maupun ahli agama, dari dulu hingga sekarang. Ia terlahir di Bosyra tahun 700 H/1300 M. Ketika berusia 6 tahun, ayahnya meninggal dunia, Ibn Kasir lantas diasuh oleh kakaknya di Damaskus. Di kota itulah pertama kali mengenyam pendidikan. Tercatat, guru pertamanya adalah Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama penganut mazhab Syafii. Selama bertahun-tahun dia tinggal di kota Damaskus dalam kehidupan yang sederhana. Namanya mulai dikenal orang manakala terlibat dalam penelitian untuk menetapkan hukum terhadap seorang zindik yang didakwa menganut paham hulul (inkarnasi). Adapun penelitian tersebut diprakarsai oleh Gubernur Suriah, Altunbuga an-Nasiri. Pada saat bersamaan, minatnya bertambah besar untuk memperdalam ilmu hadis. Ibn Katsir mendapat arahan dari ahli hadis terkemuka di Suriah, Jamaluddin al-Mizzi, yang di kemudian hari menjadi mertuanya. Tak tanggung-tanggung, ia pun sempat mendengar langsung hadis dari ulama-ulama Hedzjaz serta memperoleh ijazah dari Al-Wani. Karena keahlian tersebut, dalam waktu beberapa lama kemudian, ia mendapat kepercayaan menduduki jabatan yang sesuai ilmunya. Tahun 1348, ia menggantikan gurunya, Az-Zahabi di Turba Umm Salih (Lembaga Pendidikan). Selanjutnya dia diangkat menjadi kepala Dar al-Hadis al-Asyrafiyah (Lembaga Pendidikan Hadis) setelah meninggalnya Hakim Taqiuddin As-Subki tahun 1355. Tidak hanya sebagai guru, ia pun banyak menulis kitab ilmu hadis. Di antaranya yang terkenal adalah Kitab Jami al-Masanid wa as-Sunan (Kitab Penghimpun Musnad dan Sunan) sebanyak delapan jilid, berisi nama-nama sahabat yang banyak meriwayatkan hadis; Al-Kutub as-Sittah// (Kitab-kitab Hadis yang Enam) yakni suatu karya hadis; At-Takmilah fi Mar'ifat as-Sigat wa ad-Dhua'fa wa al-Mujahal (Pelengkap dalam Mengetahui Perawi-perawi yang Dipercaya, Lemah dan Kurang Dikenal); Al-Mukhtasar (Ringkasan) merupakan ringkasan dari Muqaddimmah-nya Ibn Salah; dan Adillah at-Tanbih li Ulum al-Hadis (Buku tentang ilmu Hadis) atau lebih dikenal dengan nama Al-Ba'is al-Hadis. Demikian pula pada bidang ilmu tafsir, keahliannya diakui oleh banyak kalangan. Tahun 1366 diangkatlah Ibn Katsir menjadi guru besar oleh Gubernur Mankali Bugha di Masjid Ummayah Damaskus. Ia memiliki metode sendiri dalam bidang ini, yakni tafsir yang paling benar adalah ; tafsir Alquran dengan Alquran sendiri; bila penafsiran Alquran dengan Alquran tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan dengan hadis Nabi Muhammad SAW--menurut Alquran sendiri, Nabi memang diperintahkan untuk menerangkan isi Alquran; jika yang kedua tidak didapatkan, maka Alquran harus ditafsirkan oleh pendapat para sahabat karena merekalah orang yang paling mengetahui konteks sosial turunnya Alquran; jika yang ketiga juga tidak didapatkan, maka pendapat dari para tabiin dapat diambil. Salah satu karyanya yang terkenal dalam ilmu tafsir adalah yang berjudul Tafsir Alquran al-Karim sebanyak 10 jilid. Kitab ini masih menjadi bahan rujukan sampai sekarang karena pengaruhnya yang begitu besar dalam bidang keagamaan. Di samping itu, ia juga menulis buku Fada'il Alquran (Keutamaan Alquran), berisi ringkasan sejarah Alquran. Bidang ilmu sejarah juga dikuasainya. Beberapa karya Ibn Katsir dalam ilmu sejarah ini antara lain; Al-Bidayah wa an Nihayah (Permulaan adn Akhir) sebanyak 14 jilid, Al-Fusul fi Sirah ar-Rasul (Uraian Mengenai Sejarah Rasul), dan Tabaqat asy-Syafi'iyah (Peringkat-peringkat Ulama Mazhab Syafii). Kitab sejarahnya yang dianggap paling penting dan terkenal adalah judul yang pertama. Ada dua bagian besar sejarah yang tertuang menurut buku tersebut, yakni sejarah kuno yang menuturkan mulai dari riwayat penciptaan hingga masa kenabian Rasulullah SAW dan sejarah Islam mulai dari periode dakwah Nabi ke Makkah hingga pertengahan abad ke-8 H. Kejadian yang berlangsung setelah hijrah disusun berdasarkan tahun kejadian tersebut. Tercatat, kitab Al-Bidayah wa an-Nihayah merupakan sumber primer terutama untuk sejarah Dinasti Mamluk di Mesir. Dan karenanya kitab ini seringkali dijadikan bahan rujukan dalam penulisan sejarah Islam. Sementara dalam ilmu fikih, tak ada yang meragukan keahliannya. Bahkan, oleh para penguasa, ia kerap dimintakan pendapat menyangkut persoalan-persoalan tata pemerintahan dan kemasyarakat yang terjadi kala itu. Misalnya saja saat pengesahan keputusan tentang pemberantasan korupsi tahun 1358 serta upaya rekonsiliasi setelah perang saudara atau peristiwa Pemberontakan Baydamur (1361) dan dalam menyerukan jihad (1368-1369). Selain itu, Ibn Kasir menulis buku terkait bidang fikih didasarkan pada Alquran dan hadis. Ulama ini meninggal dunia tidak lama setelah ia menyusun kitab Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad (Ijtihad Dalam Mencari Jihad) dan dikebumikan di pemakaman sufi, tepat di samping makam gurunya, Ibn Taimiyah. Penulis : yus/ensiklopedi islam

Delima, Virus Anti HIV, Al Quran

BANDA ACEH -- Harapan T (23), mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh yang menganalisis virus anti HIV dari tinjauan Alquran, menjuarai lomba karya tulis ilmiah Islam nasional yang berlangsung di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Karya ilmiahnya berjudul "Analisis potensi pemanfatan buah delima (punica granatum sebagai pembunuh virus (virusid) dan anti HIV I yang resisten nucleotida dan non nucleotide berdasarkan tinjauan ilmiah dan Al-Quran," dipilih sebagai makalah terbaik oleh dewan juri lomba.

"Kami dari unsur akademi Fakultas Kedokteran Unsyiah menyatakan bangga dan terharu atas prestasi yang diraih Harapan T," kata dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah Darussalam dr. HM Andalas SPoG di Banda Aceh, Minggu.

Lomba karya tulis yang diselenggarakan forum ukhuwah lembaga dakwah Fakultas Kedokteran SeIndonesia ini diikuti oleh seluruh Fakultas Kedokteran di Indonesia, dengan dewan juri antara lain Prof DR Marsetyawan, DR Muhammad Tarqib, SpBS dan DR Jamal A.Aziz MAg. "Dewan Juri sangat tertarik dengan penyajian dari mahasiswa Harapan T. Apalagi, sampai saat ini belum ada jawaban pasti untuk obat penyakit AIDS," terang Andalas.

Sejauh ini buah delima memang sering digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah, namun belum ada pihak yang melakukan penelitian ilmiah dengan jumlah sample besar terhadap buah ini. "Kita berharap kedepan Harapan mau melakukan riset lanjutan tentang peran buah delima untuk mengobati seseorang yang terkena HIV/AIDS," ujar Andalas.

Dosen pembimbing Harapan T itu menjelaskan, mahasiswanya ini telah dua kali membawa harum nama Fakultas Kedokteran Unsyiah, etelah sebelumnya menjuarai lomba karya ilmiah wilayah Jawa dan Sumatra 2007, dan Unsyiah berjanji untuk memperhatikan bakat Harapan lebih serius lagi."Kami ingin Harapan T bisa memperkuat almamaternya kelak setelah menyelesaikan pendidikannya," kata Andalas yang menyebut pencapaian Harapan T. ini akan mengharumkan pendidikan tinggi di Aceh.ant/kp

Menelusuri Jejak Bushra: Saksi Kenabian Rasulullah SAW

1
Tak ada seorangpun yang mengetahui kapan Hari Kiamat akan terjadi. Hanya Sang Khalik yang mengetahuinya. Meski begitu Rasulullah SAW telah mengabarkan tanda-tanda menjelang datangnya Hari Akhir itu.

Salah satu tanda menjelang Hari Kiamat adalah keluarnya api di wilayah Arab. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan terjadi hari Kiamat sebelum keluar api dari wilayah Hijaz yg menyinari pundak-pundak unta di Bushra (Huran).” (HR Bukhari dan Muslim).

Terkait hadis di atas, Umar bin khattab RA mengatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Kiamat tidak akan terjadi sebelum lembah-lembah Hijaz dialiri api hingga menerangi punggung-punggung unta di Bushra.'' (HR Ibnu Adiy dalam Al-Kamil).

Hudzaifah bin Asid RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Kiamat tidak akan terjadi sebelum api keluar dari Romawi atau Rukubah (lembah yang sulit dilalui menuju Syam), yang sinarnya menerangi punggung-punggung unta di Bushra (kota pekerja Huran berjarak tiga hari perjalanan dari kota damaskus).'' (HR Thabrani).

Abd al-Wahhab Abd al-Salam Ṭawilah dalam Mengungkap Berita Besar dalam Kitab Suci, mengungkapkan, api tersebut telah keluar pada 654 Hijriah dari sebelah timur kota Madinah, didahului guncangan yang hebat. Api tersebut keluar pada hari Ahad di permulaan bulan Jumadil Akhir dan tenggelam pada hari Selasa.
‘’Pada hari Rabu, api tersebut muncul kembali, bahkan sangat besar,’’ ujar Tawilah.

Menurut dia, dipertengahan hari Jumat, udara sudah diselimuti asap tebal, api itu terus menyebar dan sinarnya ke atas sehingga menghalangi pandangan. Api itu terlihat seperti air bah menuju sutu lembah dengan suaranya seperti suara petir. Penduduk Madinah menyaksikan kejadian tersebut dari rumah-rumah mereka.

Ibnu Katsir mengatakan bahwa Qadhi Shadruddin Al-Hanafi bercerita, ''Bapakku Shafiyuddin, seorang guru madrasah di Busrah berserira kepadaku bahwa pada waktu muncul apai di pagi hari, mereka melihat punggung-punggung unta terkena bias cahaya api itu.''

Al-Qasthalani berkata, ''Seseorang bercerita bahwa ia melihat api itu di Taima dan Bushra.'' Imam Qurthubi juga bercerita bahwa api itu dilihat dari Buktit Bushra. Api tersebut menyebar ke sebuah lembah sampai padam pada tanggal 27 Rajab dan meninggalkan bekas berupa batu hitam setinggi galah.

***

Dalam hadis di atas disebut nama ‘’Bushra’’. Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith Al-Nabawi, mengungkapkan, Bushra atau Bushra asy-Syam adalah kota administrasi Damaskus. ‘’Bushra adalah ibukota distrik Hawran yang ditaklukkan pada 13 H,’’ ujarnya.

Saat ini, kota itu berlokasi di selatan Suriah. Bushra adalah tempat bersejarah. Di kota itu terdapat sejumlah saksi sejarah yang masyhur, seperti gedung teater Romawi, biara pendeta Bahira, dan Mabrak an-Naqah (tempat menderum unta). REPUBLIKA.CO.ID

Kamis, 02 Februari 2012

Pakistan: Sanksi Terhadap Iran Sia-sia, Justru Memacu Kemajuan Iran

ISLAMABAD -- Untuk menghadapi konspirasi anti-Islam, seluruh umat Muslim dunia diharapkan bersatu. Pernyataan ini terkait dengan tekanan sejumlah negara adidaya terhadap Iran belakangan ini.

''Pakistan berbagi sejarah yang sama, buday,a dan agama yang sama dengan Iran," ujar ketua komite urusan luar negeri Pakistan, Salim Saifullah Khan, saat mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Republik Iran, Ali Reza. 
Salim juga mengatakan, pemerintah dan rakyat Pakistan selalu mendukung Iran dalam semua persoalan. Mengacu pada sanksi Iran oleh UE dan AS, menurutnya, sanksi terhadap Iran adalah sia-sia karena tidak berdampak pada pembangunan Iran. "Sanksi justru memacu kemajuan Iran," katanya.

Ali Reza Haghighian juga menyerukan, peningkatan kerja sama antara parlemen kedua negara. Dia menambahkan bahwa Pakistan dan Iran harus bekerja sama lebih lanjut dalam bidang perdagangan.

Israel Serukan Serangan Militer Jika Sanksi Iran Gagal

TEHERAN-- Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, mengatakan bahwa Israel akan menempuh cara lain jika sanksi-sanksi Barat terhadap Iran ternyata gagal menghentikan program nuklir Republik Islam tersebut. Israel akan mendesak agar tindakan militer terhadap Iran dimasukkan dalam agenda.

"Hari ini, ada kepercayaan internasional yang luas untuk mencegah Iran menjalankan program nuklirnya. Dan, tidak ada lagi pilihan yang harus diambil dari meja perundingan," kata Barak, seperti dikutip Haaretz, Kamis (2/1). "Jika sanksi gagal untuk menghentikan program nuklir Iran, maka ada hal yang akan dipertimbangkan untuk mengambil tindakan."

Kepala agen mata-mata Israel (Mossad), Tamir Pardo, baru-baru ini melakukan kunjungan rahasia ke Amerika Serikat. Kunjungannya membahas program nuklir Iran dengan pejabat tinggi AS.

Sementara Presiden Israel, Shimon Peres, telah menegaskan bahwa Iran tidak diizinkan untuk memperoleh kemampuan senjata nuklir. Peres mengisyaratkan pada kemungkinan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. "Pilihan (militer) tidak boleh dikesampingkan. Karena, Iran merupakan ancaman eksistensial,'' tandasnya.



# pendapat ane:
hahahahahahah..... (sesamudra ane kirim tawaan sindiran)

israel-israel, berkacalah kalian...
bukannya kalian yah yang mengancam eksistensial muslim!!!

bagi dunia yang melaknat kalian, kalian adalah pencaplok ranah muslim..
tak sepatutnya kalian memutarbalikkan fakta, dan mengatakan kebohongan..
Islam itu agama yang cinta perdamaian dan tak akan mulai beraksi bila tak disenggol..
jadi, amat terkutuklah komentar anda itu yang mengatakan, "karena Iran merupakan ancaman eksistensial"..

tapi kalo yang dimaksud adalah acaman eksistensial untuk kalian, itu baru benar..
tidak selamanya Islam selalu dalam keterpurukan dan tidak selamanya Islam akan diam dengan apa yang terjadi..

sesungguhnya ke diaman kami umat islam adalah bagaikan diam nya api yang membara, yang sewaktu-waktu akan berkobar bila terus-menerus ditindas..

Joserizal: Fakta Lapangan, Teknologi Canggih Israel Dapat Dihancurkan

JAKARTA -- Beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Brigjen Hastind Asrin, menyatakan bahwa pemerintah menjatuhkan pilihan untuk membeli pesawat tanpa awak (Unmanned Aero Vehicle-UAV) buatan Israel, karena kecanggihan teknologinya. Bahkan, dia membandingkan dengan buatan Iran. "Dia sangat mengagumi kecanggihan teknologi Israel sebagai yang terhebat di dunia," kata Presidium Medical Emergency Rescue Commitee (Mer-C), Joserizal Jurnalis, dalam pesan singkatnya, Jumat (3/2).

Bahkan, lanjutnya, ketika pesawat mata-mata tanpa awak yang tercanggih Amerika Serikat (AS) berhasil ditangkap dengan cara 'dituntun' oleh Iran untuk mendarat di wilayah Iran, Hastind menyatakan bahwa pesawat itu jatuh sendiri. "Saya melihat bahwa Hastind kurang banyak berada di medan perang, jadi terlihat pembelaannya terhadap superioritas Irael melampaui akal sehat dan fakta di lapangan."

Dia menjelaskan, ketika perang Gaza tahun 2009, pemimpin zionis Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji ke pemerintahan Bush bahwa dia akan mengalahkan Hamas dalam tiga hari. Namun, kenyataannya, setelah perang selama 22 hari, Hamas tidak kalah.

Dalam kunjungan Joserizal ke daerah Jabalia, dia juga melihat, lima tank Israel yang hancur. Belum di front yang lain. Setelah perang berakhir, Hamas kehilangan serdadu 48 orang. Korban dari pihak Israel diperkirakan lebih. "Bagaimana cara menghitungnya? Kalau tank yang hancur memuat lima orang awak, lalu dikalikan dengan tank yang hancur di Jabalia, belum yang tewas terkena sniper," rincinya.

Tank yang digunakan Israel adalah Merkava yang digadang-gadang oleh Israel sebagai tank tercanggih di dunia. Pada perang selama 34 hari antara Hizbullah melawan Israel di Lebanon Selatan tahun 2006, kata dia, Israel secara militer kalah.

Tank mereka banyak yang hancur, begitu juga dengan kapal elektronik Israel yang katanya juga sangat canggih, terbakar dihantam rudal Hizbullah setelah diberi tembakan elektronik tipuan. Lalu, tambah Joserizal, beberapa pesawat Drone Israel yang berhasil ditembak jatuh. "Dunia ini tidak seperti yang dibayangkan. Ini baru sebagian fakta lapangan yang saya ungkapkan," cetus spesialis tulang dan traumatologi ini. REPUBLIKA.CO.ID

# pendapat ane:
kita harus bersyukur pada Allah SWT, karena tanpa Allah kita (Islam) tidak akan bisa melawan barat & yahudi bila kita melihat dari segi kemiliteran..

bukan canggihnya peralatan tempur iran dan hamas serta hizbullah, dan bukan juga lemahnya peralatan tempur israel.. tapi itu adalah kecanggihan yang dikirimkan Allah SWT lewat tangan-tangan-Nya kepada pasukan muslim yang membela agama-Nya..

seharusnya, kita melihat fenomena ini sebagai suatu ketukan untuk bangsa muslim agar tidak gentar dengan musuh Allah.. karena Allah akan selalu berada di belakang kita, bahkan berada dibaris terdepan untuk membantu kita melawan musuh-musuh-Nya..

Yusuf Ibn Tasyfin, Penegak Syiar Islam di Andalusia

Yusuf Ibn Tasyfin dikenal sebagai pendiri serta penguasa pertama Dinasti Murabitun yang berada di Maroko, Afrika Utara. Ketika masih memegang tampuk kepemimpinan, Ibn Tasyfin membawa Islam kembali berjaya di Andalusia setelah sebelumnya berada dalam ancaman kekuatan Eropa. Pada mulanya, Al-Murabitun merupakan sebuah gerakan tarekat yang didirikan oleh Abdullah bin Yasin, Yahya bin Umar, dan juga Abu Bakar bin Umar. Adapun dua nama terakhir tak lain adalah saudara sepupu dari Ibn Tasyfin sendiri. Lama kelamaan gerakan keagamaan ini berubah menjadi gerakan politik untuk selanjutnya berhasil menjelma menjadi sebuah kedinastian. Dinasti Murabitu pada masanya memiliki daerah kekuasaan yang begitu luas di Afrika Utara hingga Andalusia (Spanyol). Kekuasaan Ibn Tasyfin berlangsung dari tahun 1061 hingga 1107. Dia bergelar Amir al-Muslimin dan Nasiruddin. Dalam upaya melegitimasi serta memperkuat kekuasaannya, dia meminta pengakuan dan restu dari khalifah Abu Abbas di Baghdad, Irak. Baru setelah itu, dia melakukan upaya konsolidasi intern. Antara lain dengan membenahi dan menata struktur administrasi pemerintahan, mempersatukan serta mengoordinasikan kekuatan berbagai suku yang ada, dan juga membentuk satu formasi militer yang tangguh. Di samping itu untuk mewujudkan satu wilayah kekuasaan hingga layak disebut negara--kawasan Afrika Utara merupakan satu wilayah yang sangat luas dan bebas yang dihuni oleh bangsa-bangsa nomad--Ibn Tasyfin berusaha membujuk Abu Bakar bin Umar untuk menjadi komandan militer serta memimpin pasukan di padang pasir demi meluaskan kekuasaan. Ibn Tasyfin berpendapat, hanya dengan cara itu ia dapat memperluas wilayah kekuasaannya di seluruh kawasan sebelah utara Maroko. Tak hanya itu, di bidang perekonomian, ia memerintahkan untuk mencetak mata uang sendiri yang memang biasa dilakukan oleh sejumlah khalifah sebagai identitas diri selagi berkuasa. Namun persoalan besar menghadang. Saat berjayanya Dinasti Murabitun di bawah kepemimpinan Ibn Tasyfin, nun di seberang sana, kerajaan Islam Andalusia tengah berada di ambang kehancuran. Hal ini dipicu oleh perbutan kekuasaan dan pertentangan antar-muluk at-tawa'if (raja, penguasa kelompok suku). Selain itu, ancaman lebih besar dari kekuatan Kristen yang menunggu momentum untuk menyerang. Akan tetapi, salah satu penguasa yakni Mu'tamid bin Ibad dari Sevilla --salah satu kerajaan terkuat di Andalusia -- rupanya menyadari potensi ancaman dari kekuatan Alfonso VI dari Kerajaan Castille dan Leon tersebut. Menyadari kekuatan pasukan yang dimiliki tidak mencukupi untuk melawan, maka dia meminta bantuan militer dari Ibn Tasyfin. Tanpa berpikir panjang, Ibn Tasyfin menyanggupi permintaan bantuan itu. Dengan persiapan matang dan setelah mempercayakan jabatannya untuk sementara waktu kepada anaknya, berangkatlah dia ke Andalusia bersama pasukannya demi menyongsong perang mempertahankan Islam. Dan perang itu pun terjadi. Tepat pada tanggal 23 Oktober 1086, kedua kekuatan bertemu di sebuah tempat bernama az-Zallaqa. Berkat persatuan dan kerjasama antara pasukan militer Ibn Tasyfin dan Mu'tamid, kekuatan Alfonso VI berhasil dikalahkan. Namun tak lama, begitu mendengar berita tentang kematian anaknya secara tiba-tiba, ia memutuskan untuk pulang ke Maroko sementara pasukannya yang berjumlah tiga ribu orang tetap tinggal di Andalusia. Setelah memakamkan sang anak, Ibn Tasyfin balik kembali ke tanah seberang yang kali ini tujuannya selain untuk mendamaikan para penguasa Islam dalam upaya menahan ancaman pasukan Eropa, juga untuk berkuasa sepenuhnya. Secara gigih dan tak kenal lelah, satu persatu muluk al-tawa'if dapat diyakinkan untuk berhenti bertikai satu sama lain. Berkat persatuan tersebut di bawah komando Ibn Tasyfin, pasukan Islam berhasil melumpuhkan kekuatan pasukan Eropa di Andalusia. Demikian pula wilayah-wilayah di sana, kecuali Zaragoza, dapat dikuasai sepenuhnya oleh pasukan Ibn Tasyfin. Tugas berat selanjutnya adalah mempertahankan apa yang sudah dicapai namun tokoh ini mampu melakukannya hingga 45 tahun lamanya. Sampailah kemudian pada tahun 1107, Ibn Tasyfin meninggal dunia dan langsung digantikan oleh putranya yang bernama Ali bin Yusuf (1107-1143). Sepeninggalnya berangsur-angsur popularitas dan kekuatan Dinasti Murabitun menurun. Dan pada masa pemerintahan Ishaq bin Ali (1146-1147), kekuatan dinasti ini pun hancur.

Muhammad Husayn Thabathaba'i, Syekh Bidang Ilmu Syariat dan Tafsir

Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i adalah seorang ulama, pemikir, faqih, filosof, dan ahli matematika. Dia banyak menelurkan karya-karya penting di bidang keislaman, antara lain Dasar-dasar Filsafat dan Metode Realisme serta karya monumentalnya yakni Al-Mizan, yang sering disebut tafsir Alquran dengan Alquran. Di dalam dirinya telah terdapat sifat rendah hati dan ditambah pula dengan kemampuan analisis intelektualnya. Dalam kelompok ulama tradisional Thabathaba'i memiliki kelebihan sebagai seorang syaikh dalam bidang syariat dan ilmu-ilmu esoteris, sekaligus seorang hakim (filosof atau, tepatnya, teosof Islam tradisional) yang terkemuka. Sejarah mencatat Thabathaba'i telah membaktikan segenap hidupnya untuk mengkaji agama. Sebuah dedikasi tinggi terhadap perkembangan ilmu-ilmu Islam dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i dilahirkan di Tabriz pada tahun 1321 H /1903 M, dari suatu keluarga keturunan Nabi Muhammad SAW yang selama 14 generasi telah menghasilkan ulama-ulama Islam terkemuka. Pendidikan awalnya dia peroleh di kota kediamannya dan dalam usia muda telah berhasil menguasai unsur-unsur bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama. Ketika usianya menginjak 20 tahun, Thabathaba'i berangkat ke Universitas Najaf untuk melanjutkan pelajarannya. Disana dia mempelajari ilmu syariat dan ushul al-fiqh dari dua di antara syekh-syekh terkemuka pada masa itu yaitu Mirza Muhammad Husain Na'ini dan Muhammad Husain Isfahani. Akan tetapi, bukanlah menjadi mujtahid tujuannya. Thabathaba'i lebih tertarik pada ilmu-ilmu aqliah, dan mempelajari dengan tekun seluruh dasar matematika tradisional dari Sayyid Abul Qasim Khwansari. Di samping itu dia pun mempelajari sejumlah ilmu lain yakni filsafat Islam tradisional, termasuk naskah baku Asy-Syifa karya Ibnu Sina dan Al-Asfar karya Sadr al-Din Syirazi, serta Tamhid al-Qawa'id karya Ibnu Turkah dari Sayyid Husain Badkuba'i. Thabathaba'i juga mempelajari ilm Hudhuri (ilmu-ilmu yang dipelajari langsung dari Alquran), atau makrifat, yang melaluinya pengetahuan menjelma menjadi penampakan hakekat-hakekat supranatural. Gurunya, Mirza Ali Qadhi, yang mulai membimbingnya ke arah rahasia-rahasia Ilahi dan menuntunnya dalam perjalananan menuju kesempurnaan spritual. Sebelum berjumpa dengan syekh ini, Thabathaba'i mengira telah benar-benar mengerti buku Fushulli al-Hikam karya Ibn Arabi. Namun ketika bertemu dengan syekh besar ini, dia baru menyadari bahwa sebenarnya ia belum mengetahui apa-apa. Berkat sang syekh ini, tahun-tahun di Najaf tak hanya menjadi kurun pencapaian intelektual, melainkan juga kezuhudan dan praktek-praktek spritual yang memampukannya untuk mencapai keadaan realisasi spritual. Pada 1934 Allamah Thabathaba'i kembali ke Tabriz dan menghabiskan beberapa tahun yang sunyi di kota itu, mengajar sejumlah kecil murid. Kejadian-kejadian pada Perang Dunia II dan pendudukan Rusia atas Persia-lah yang membawa Thabathaba'i dari Tabriz ke Qum (1945). Pada waktu itu, dan seterusnya sampai sekarang, Qum merupakan pusat pengkajian keagamaan di Persia. Ia mengajar tafsir Alquran serta filsafat dan teosofi tradisional, yang selama bertahun-tahun sebelumnya tidak diajarkan di Qum. Oleh karenanya Thabathaba'i telah memberikan pengaruh yang amat besar dalam bidang ilmu pengetahuan, baik di dalam basis tradisional maupun modern. Dia telah mencoba untuk menciptakan suatu elite intelektual baru di kalangan kelompok masyarakat berpendidikan modern yang ingin menjadi akrab dengan intelektualitas Islam di samping dengan dunia modern. Banyak murid tradisionalnya yang termasuk kelompok ulama telah mencoba untuk mengikuti teladannya dalam upayanya yang amat penting ini. Beberapa muridnya seperti Sayyid Jalal al-Din Asytiyani dari Universitas Masyhad dan Murtadha Muthahhari dari universitas Teheran juga dikenal sebagai sarjana yang mempunyai reputasi istimewa. Selain di kota Qum, ulama ini kerap mengunjugi Darakah, sebuah desa kecil di sisi pegunungan dekat Teheran. Di tempat inilah Thabathaba'i menghabiskan bulan-bulan musim panas, menyingkir dari panas Kota Qum, kediamannya. Di desa tersebut pula, pada satu hari, Profesor Kenneth Morgan, seorang orientalis terkemuka berkunjung untuk memintanya menulis mengenai pandangan-pandangan Islam Syiah untuk masyarakat intelektual Barat. Dengan kemampuannya yang mumpuni dan penguasaan pada ilmu-ilmu Islam tradisional serta pengenalan terhadap pemikiran Barat menjadikan Thabathaba'i memang orang yang tepat untuk menulis hal tersebut. Kecintaannya pada ilmu telah mengejawantah dalam pribadinya. Dia menjadi lambang dari suatu tradisi panjang kesarjanaan dan ilmu-ilmu tradisional Islam. Kehadirannya meniupkan suatu aroma dari pribadi yang telah mendapatkan buah pengetahuan Ketuhanan. ( yus/berbagai sumber )

Mahmud Syaltut, Pelopor Penerapan Tafsir Tematis

Dalam hal kebebasan beragama, ia melihat hal itu sebagai hal yang harus dijamin dalam Islam. Manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya. Dia adalah salah seorang ulama dan pemikir Islam yang pernah menjadi Rektor Universitas Al-Azhar Mesir. Syaltut dikenal pula sebagai pelopor penggunaan metode tafsir tematis, yakni metode tafsir yang dianggap paling banyak sumbangannya guna memahami pesan Alquran terutama untuk menjawab permasalahan manusia di abad modern ini. Syaltut dilahirkan tahun 1893 di Desa Maniyah, Bani Mansur Provinsi Bukhairah, Mesir. Sejak kecil Syaltut telah memperlihatkan keinginan yang besar dalam ber-tafaquh fid diin (belajar Islam). Pendidikannya dimulai di kampung halamannya dengan menghafal Alquran pada seorang ulama setempat. Pada tahun 1906, ketika menginjak usia 13 tahun, ia mulai pendidikan formalnya dengan masuk Ma'had Al Iskandariah. Studinya ini dirampungkan setelah ia mendapat Syahadah 'Alamiyah an-Nizamiyyah (setingkat ijazah S-1) pada tahun 1918. Kemudian tahun 1919, Syaltut mengajar di almaternya. Bersamaan dengan itu terjadi gerakan revolusi rakyat Mesir melawan kolonial Inggris. Ia ikut berjuang melalui ketajaman pena dan kepiawaian lisannya. Dari almamaternya Syaltut lalu pindah ke Al-Azhar. Selain sebagai pengajar, di institusi pendidikan tertua di dunia ini, ia menjabat beberapa jabatan penting, mulai dari penilik pada sekolah-sekolah agama, wakil dekan Fakultas Syariah, pangawas umum kantor lembaga penelitian dan kebudayaan Islam Al Azhar, wakil syekh Azhar, sampai akhirnya pada tanggal 13 Oktober 1958 diangkat menjadi syekh Azhar (pimpinan tertinggi Al-Azhar). Syekh Mahmud Syaltut merupakan sosok yang selalu menggeluti dunianya dengan aktivitas keagamaan, ilmu pengetahuan, kemasyarakatan, dan juga perjuangan politik. Tidak mengherankan ketika masih muda, ia sudah dikenal dan dianggap sebagai seorang ahli fikih besar, pembaharu masyarakat, penulis yang hebat, seorang khatib yang hebat dengan penyampaian bahasa yang mudah dipahami, argumentasi yang rasional, dan pemikiran yang bijak. Hal ini dibuktikan ketika pada tahun 1937, Syaltut diutus Majelis Tertinggi Al-Azhar untuk mengikuti muktamar tentang Alqanun al Dauli al Muqaran (Perbandingan Hukum Internasional) di Den Haag, Belanda. Dalam muktamar itu, ia sempat mempresentasikan pemikirannya, tentang relevansi syariah Islam yang mampu berdinamika dengan perkembangan zaman. Tahun 1941 ia menyampaikan sebuah risalah tentang 'Pertanggungjawaban Sipil dan Pidana dalam Syariat Islam' (Al-Mas'uliyah al-Madaniyah wa al-Jina'iyyah fi asy-syariah al-Islamiyah). Tesis-tesisnya dalam risalah ini mendapat sambutan baik sehingga secara aklamasi Syaltut diangkat menjadi anggota termuda Majelis Ulama-ulama Besar. Setahun kemudian Syaltut mengemukakan pandangannya mengenai perbaikan Universitas Al-Azhar dalam bidang kebahasaan. Lantas sebagai realisasi dari harapannya ini pada tahun 1946 dibentuklah lembaga bahasa dan dia diangkat menjadi salah seorang anggotanya. Tahun 1950 ia juga diangkat menjadi pengawas umum pada bagian penelitian dan kebudayaan Islam di Universitas al-Azhar. Kesempatan ini dia pergunakan sebaik-baiknya untuk meletakkan dasar-dasar pembinaan lembaga ini, terutama guna membina hubungan kebudayaan Mesir dengan kebudayaan Arab dan dunia Islam. Dalam kaitan ini, ia pernah menjadi penasehat Muktamar Islam di bawah pemerintahan Republik Persatuan Arab (federasi Suriah dan Mesir antara tahun 1958-1961). Hingga pada tanggal 21 Oktober 1958, Syaltut terpilih menjadi Rektor Universitas al-Azhar yang ke-41. Dan sebagai rektor, kini dia memiliki peluang untuk merealisasikan cita-cita maupun pemikirannya demi memajukan universitas tersebut. Upaya yang ditempuh antara lain dengan memindahkan Institut Pembacaan Alquran ke dalam Masjid al-Azhar dengan susunan rencana pelajaran tertentu dalam masalah keislaman. Ini sekaligus mengembalikan fungsi al-Azhar sebagai pusat kajian Alquran bagi seluruh umat secara bebas tanpa terikat jam pelajaran dan ujian. Selain menjabat selaku rektor di universitas terkemuka, Mahmud Syaltut pun memangku jabatan penting sebagai anggota Badan Tertinggi untuk Hubungan-hubungan Kebudayaan dengan Luar Negeri pada Kementerian Pendidikan dan Pengajaran Mesir. Dia pun pernah menjadi anggota Dewan Tertinggi untuk Penyiaran Radio Mesir, anggota Badan Tertinggi untuk Bantuan Musim Dingin serta ketua Badan Penyelidikan Adat dan Tradisi pada Kementerian Sosial Mesir. Dalam percaturan intelektual, Syaltut dikenal sebagai tokoh dan cendekiawan yang memiliki tipologi seorang mujtahid dan mujaddid dengan pemikiran Islam moderat dan fleksibel. Itu bisa dilihat terutama dalam pandangannya mengenai relasi antaragama, hukum Islam, pluralisme, dan ragam aliran pemikiran dalam Islam. Dalam masalah kebebasan beragama misalnya, Syaltut melihat bahwa hal itu sesuatu yang mesti dan dijamin dalam Islam. Manusia, katanya, mempunyai kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya. Dengan kemampuan akal dan amal yang diperbuatnya, derajat manusia akan makin dekat dengan sang Khalik. Dalam upaya kontekstualisasi Islam, Syaltut mencoba merumuskan suatu konsep yang memudahkan umat Islam. Formulasi itu secara ringkas dapat dijelaskan dalam pandangannya, bahwa Islam sebagai sebuah ajaran tidak pernah tertinggal oleh dinamika zaman dan karenanya akan selalu kontekstual dengan masa. Baginya, Islam adalah syariah yang karenanya manusia akan menemukan kedamaian dan kesejahteraan hidup. "Islam memberikan tempat yang luas sekali kepada kita untuk menerjemahkannya bukan dalam konteks ideologis semata, tetapi juga sebuah nilai hidup. Islam memberikan kebebasan berpikir manusia untuk memahami agamanya sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya," ujarnya dalam Islam Aqidah wa Syariah. Syaltut dikenal pula dengan salah satu karyanya menyangkut penafsiran ayat-ayat yang berhubungan dengan wanita yakni Alquran wa al-Mar'ah, sehingga dia dipandang sebagai salah seorang pelopor tafsir maududi (tafsir tematis) atau metode tafsir yang dianggap paling banyak sumbangannya dalam menangkap pesan Alquran guna menjawab problema manusia abad modern. Dalam kaitan pemikiran keyakinan, Syaltut melihat bahwa substansi akidah Islam adalah keimanan, baik iman kepada adanya pencipta maupun terhadap apa yang akan diciptakan oleh sang Pencipta. Kalimat syahadat, paparnya, adalah bentuk perjanjian keimanan manusia dan pernyataan ideologis manusia kepada Tuhan-nya yang satu dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Dengan syahadat ini, akan membuka hati dan pikiran manusia untuk memahami Islam lebih dalam dan luas. Untuk mencari kebenaran Tuhan, menurut Syaltut, manusia harus menyadari bahwa ada sesuatu yang harus diketahuinya hanya sebatas untuk tahu, dan ada sesuatu yang diketahuinya dan memang harus diamalkannya. Syaltut menjelaskan, untuk memperoleh kebenaran itu manusia harus melalui pendekatan rasional dan irasional. Ulama dan tokoh kharismatik ini meninggal dunia pada tanggal 19 Desember 1963. Pengabdian dan sumbangsihnya dalam memajukan Universitas Al-Azhar maupun dalam pemikiran keislaman akan selalu dikenang dan dijadikan pedoman guna mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya umat Islam pada masa kini dan mendatang.
( yus/berbagai sumber )

Sultan Muhammad Al-Fatih, Sang Pembuka Istanbul

Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Usmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330M oleh Maharaja Bizantium yakni Costantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah SAW juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah pada perang Khandak. Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Kostantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Muawiyah bin Abi Sufian RA. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arslan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos, tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Awal kurun ke-8 hijrah, Daulah Usmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildrim Beyazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Beyazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Leng. Selepas Daulah Usmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih, sultan ke-7 Daulah Usmaniyah. Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Ismail Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya. Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Alquran dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Alquran, hadis, fikih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya. Syeikh Semsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis pembukaan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah SAW terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam. Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT. Dia juga membacakan ayat-ayat Alquran mengenainya serta hadis Nabi SAW tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah SWT. Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan zikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jamadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentera Usmaniyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Usmaniyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka. ( yus/berbagai sumber )

Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, Mengajak Kembali ke Alquran dan Hadis

Tokoh ini dikenal sebagai imam, allamah, muhaqqiq, hafizh, ushuli, faqih, ahli nahwu, berotak cemerlang, dan banyak mengeluarkan karya. Nama lengkapnya Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa'ad bin Huraiz az-Zar'i, namun lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Ibnul Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Kampung kelahirannya adalah Zara' dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Damsyq (Damaskus), Suriah. Berkat pendidikan intensif yang diberikan orangtuanya, Ibnul Qayyim pun tumbuh menjadi seorang yang dalam dan luas pengetahuan serta wawasannya. Terlebih ketika itu, bidang keilmuan sedang mengalami masa jaya dan para ulama pun masih hidup. Dari ayahnya, Ibnu Qayyim belajar ilmu faraidl karena sang ayah memang sangat menonjol dalam ilmu itu. Selain itu, dia belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab Al-Mulakhkhas li Abil Balqa', kitab Al-Jurjaniyah, juga sebagian besar kitab Al-kafiyah was Syafiyah. Kepada Syaikh Majduddin at-Tunisi dia belajar satu bagian dari kitab Al-Muqarrib li Ibni Ushfur. Cakupan bidang keilmuannya demikian luas. Misalnya saja dia pernah belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, ilmu fikih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Ismail bin Muhammad al-Harraniy. Dia pun terkenal dalam pengetahuannya tentang mazhab-mazhab Salaf. Hingga akhirnya dia bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H. Ketika itu, Ibnu Qayyim sedang pada awal masa mudanya. Oleh karenanya dia berkesempatan mereguk sumber ilmunya dari mata air yang luas. Pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dia cerna benar-benar. Ibnul Qayyim pun amat mencintainya, sampai-sampai dia mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnul Qayyim juga menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanya yang bagus dan dapat diterima. Mereka berdua seakan tak terpisahkan. Keduanya pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara. Banyak faedah besar yang dia petik selama berguru kepada tokoh kharismatik itu, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitab Alquran dan sunnah Rasulullah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh as-Salafus Shalih. Ibnul Qayyim telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para ulama besar supaya dapat menyerap ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam. Penguasaannya terhadap ilmu tafsir tiada bandingnya. Pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya serta pengetahuannya mengenai hadis, makna hadis, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditandingi. Begitu pula, pengetahuannya di bidang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya Ahli tasawuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ibnu Qayyim memang amat menguasai terhadap berbagai bidang ilmu ini. Semua itu menunjukkan bahwa tokoh ini amat teguh pada prinsip, yakni bahwa "Baiknya perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafus Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syariah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah Al-Aziz serta sunah Rasulullah." Dia pun senantiasa berpegang pada ijtihad serta menjauhi taqlid. Diambilnya istinbath hukum berdasarkan petunjuk Alquran, sunnah nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para sahabat serta apa-apa yang disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan para imam fikih. Waktu yang ada benar-benar telah dicurahkannya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan berdialog. Karenanya, banyak tokoh-tokoh ternama adalah para muridnya. Mereka merupakan ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab Al-Bidayah wan Nihayah, Al-Imam Al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab Al-Hambali Al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, dan masih banyak lagi. Ibnul Qayyim juga merupakan seorang peneliti ulung. Dia mengambil semua ilmu dan segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir. Kemudian disusunnya kitab-kitab fikih, kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisannya sangat banyaknya, dan keseluruhan kitab-kitabnya itu memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanya Ibnul Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung. Beberapa karya besarnya antara lain; Tahdzib Sunan Abi Daud, I'lam al-Muwaqqi'in an Rabbil Alamin, Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaqil Ghadlban, Ighatsatul Lahfan fi Masha`id asy-Syaithan, Bada I'ul Fawa'id, Amtsalul Quran, dan Buthlanul Kimiya' min Arba'ina Wajhan. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 13 Rajab tahun 751 Hijriyah. Setelah dishalatkan keesokan harinya usai shalat Dzuhur di Masjid Jami Besar Dimasyq (Al-Jami Al-Umawi), ulama ini dikuburkan di tanah pekuburan Al-Babus Shaghir. ( yus/berbagai sumber )